Selasa, 05 Maret 2013

Ingatan dan Lupa - Psikologi Semester 1


MAKALAH

INGATAN DAN LUPA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Psikologi





Disusun

Acnes Agustiani                      1124050002
Agvi Firdaus                           1124050007
Alif Zaki                                 1124050012
Ari Rahmandani                      1124050017
Ayi Solahudin                         1124050022
Dasrianto                                 1124050027
Desi Apriyani                          1124050032
Eka permana                           1124050037

Ilmu Komunikasi Jurnalisik
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rezeki dan kesehatan kepada kami sehingga kami mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan pembuatan makalah yang dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu Psikologi. Adapun materi makalah yang kami buat adalah "Memori dan Lupa".
Kami menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang kami sadari atau pun yang tidak kami sadari. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini, agar di masa yang akan datang kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Namun begitu, meskipun makalah ini jauh dari kata sempurna kami berharap agar makalah ini sedikit banyaknya dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

            Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan makalah ini. Demikian sedikit kata pengantar dari kami atas perhatian para pembaca sekalian kami mengucapkan terima kasih.


Bandung,  6 November 2012


                                                                                                   Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................... .............................................1
Daftar Isi............................................................................................ .............................................2
BAB I             PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah............................................................. .............................................3
B.    Batasan Masalah...................................................................................................................... 3

BAB II            PEMBAHASAN
A.     Pengertian Ingatan (Memory).................................................... ............................................ 4
B.     Sifat-Sifat Ingatan (Memory).................................................... .............................................4
C.     Pengertian Lupa......................................................................... .............................................7
D.     Proses Terjadinya Lupa............................................................. .............................................7
E.      Faktor-Faktor Penyebab Lupa.................................................. .............................................8
F.      Teori-Teori Mengenai Lupa....................................................... ...........................................10
G.      Meningkatkan Kemampuan Ingatan........................................ ...........................................11
H.      Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar...................................... ...........................................13

BAB III          KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan ................................................................................ ...........................................15
B.    Saran........................................................................................... ...........................................15
Daftar Pustaka.................................................................................... ...........................................16


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
             Otak merupakan perangkat yang paling kompleks di dunia. Trilyunan sel otak memiliki fungsi spesifik tetapi saling berhubungan. Mengendalikan seluruh aspek fisik dan psikis manusia. Baik secara sadar maupun tak sadar, kapasitas penyimpanan memori di dalam otak jauh melebihi kapasitas hardisk komputer terbesar sekalipun. Otak memiliki kemampuan menangani algoritma rumit secara bersamaan dalam jumlah tak terbatas, jauh melebihi kemampuan prosesor komputer tercanggih sekalipun. Tapi sayangnya manusia tidak mampu mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga otak tidak memungkinkan semua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna, melainkan berangsur-angsur akan menghilang.
Manusia cenderung menyempurnakan sendiri bagian-bagian yang terlupa tersebut dengan cara mengkreasikan detail-deatil cerita itu. Akibatnya, sebuah cerita tentang suatu peristiwa yang pernah disaksikan oleh seseorang akan berubah-ubah dari masa ke masa. Makin lama jarak waktu antara kejadian awal dengan saat bercerita, maka makin banyak perubahannya.
Ingatan merupakan alih bahasa dari memory. Ingatan berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang telah lampau. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia, hal ini menunjukkan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Apa yang telah pernah dialami oleh manusia tidak seluruhnya hilang, tetapi disimpan dalam jiwanya, dan apabila diperlukan hal-hal yang disimpan itu dapat ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran. Tapi inipun tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan dan dapat seluruhnya ditimbulkan kembali. Karena itu ingatan merupakan kemampuan yang terbatas.

B.      Batasan Masalah
Adapun batasan Masalah dalam karya tulis ini adalah:
1.      Apa pengertian dari ingatan dan lupa  itu ?
2.      Bagaimana proses terjadinya lupa ?
3.      Apa saja faktor dan teori mengenai lupa ?
4.      Bagaimana cara meningkatkan ingatan dan kiat mengurangi lupa dalam belajar ?
5.      Apa saja sifat-sifat dan gangguan ingatan ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ingatan (Memory)
Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan. Jadi, ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan; menerima kesan-kesan, menyimpan dan mereproduksikan.
Orang yang dapat mengingat sesuatu kejadian, ini berarti kejadian yang diingat itu pernah dialami, atau dengan kata lain kejadian itu pernah dimasukkan ke dalam jiwanya, kemudian disimpan dan pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Dengan demikian ingatan itu merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerima atau memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau (Woodworth dan Marquis, 1957).[1][1]
Dengan kata lain ingatan merupakan kemampuan psikis untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang lampau.

B.     Sifat-Sifat Ingatan (Memory)
Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami. Namun tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatannya, oleh karena ingatan kemampuan yang terbatas.
Sifat-sifat ingatan :
1.      Ingatan yang cepat dan mudah: seorang dapat dengan mudah dalam menerima kesan-kesan
2.      Ingatan yang luas: sekaligus seseorang dapat menerima banyak kesan-kesan dan dalam daerah yang luas
3.      Ingatan yang teguh: kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap sebagaimana pada waktu menerimanya (tidak mudah lupa)
4.      Ingatan yang setia: kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap sebagaimana pada waktu menerimanya
5.      Ingatan mengabdi atau patuh: kesan yang pernah dicamkan dapat dengan mudah direproduksi dengan lancar

Gangguan-gangguan ingatan :
1.                  lupa : peristiwa yang tidak dapat memproduksikan tanggapan kita.
2.                  amnesia : peristwa yang tidak dapat memproduksikan tanggapan karena ingatan kita tidak sehat.
3.                  deya vu : ialah sutatu peristiwa seakan-akan sudah pernah. Sesuatu yang sebenarnya belum ( pengenalan tipuan )
4.                  jamais vu : ialah peristiwa seakan akan belum pernah kenal kepada sesuatu yang sebenarnya sudah ( lupa tipuan )
5.                  depersonalis, ialah suatu peristiwa, seorang seorang tidak mengenal dirinya sendiri .contoh : seseorang berbuat sesuatu, waktu ia ditegur ia tidak mengakui bahwa itu perbuatannya dan dikatakan bahwa itu perbuatan orang lain. Kalau yang dikatakan ini orang besar maka peristiwa ini disebut  GROOTHEIDSWAN

Prestasi ingatan berhubungan erat dengan kondisi jasmani, misalnya; kelelehan, sakit, dan kurang tidur juga menurunkan prestasi ingatan. Dari factor usia, ingatan paling tajam pada diri manusia ialah kurang lebih pada masa kanak-kanak (10-14 th), dan ini baik sekali untuk daya ingatan mekanis, yakni daya ingatan yang hanya untuk kesan-kesan penginderaan. Sesudah umur ini mencamkan dalam ingatan juga dapat dipertinggi, tetapi hanya untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian (daya ingatan logis). Dan ini berlangsung antara umur 15-50 th.
Ingatan berhubungan pula dengan emosi seseorang. Factor sugesti dan perasaan memegang peranan besar dalam penentuan kualitas ingatan. Rasa takut, cemas, ragu-ragu, gugup, minder dan malu semua dapat mempengaruhi ingatan seseorang.
Salah satu produk dari ngatan adalah mengenal kembali. Mengenal kembali ialah (recognize) ialah kesadaran masa lampau sebagai akibat dari pengamatan. Pengenalan kembali itu berlangsung dengan bantuan impuls dari luar. Disamping pengenalan kembali, ada peristiwa mengingat kembali (to remember, to recall), yaitu kesadaran masa lampau, dikaitkan reproduksi. Jika pngenalan kembali ditimbulkan oleh impuls dari luar maka mengingat kembali disebabkan oleh adanya perangsang/impuls dari dalam atau internal. Peristiwa lain yang sangat penting dalam ingatan ialah aktivitas psikis mencamkan (memasukkan-meletakkan). Usaha dengan sengaja memasukkan-meletakkan bahan pengenalan dalam ingatan itu disebut “memorisasi”.
Dalam memorisasi dapat berlansung dengan cara “otomatis” atau berlangsung dengan sendirinya, tanpa menggunakan akal atau tidak sengaja. Sekalipun dengan memorisasi memungkinkan orang dapat mengingat apa yang telah dipelajarinya, tetapi tidak berarti bahwa semua “memory traces” ini akan tetap tinggal dengan baik, karena pada suatu saan akan hilang, dalam hal ini orang mengalami kelupaan. Yang mana seseorang tidak dapat mereproduksi tanggapan-tanggapan yang pernah dialami, padahal ingatannya sehat.
Cara penyeliikan ingatan:
1.      Metode mempelajari (the learning method)
Metode ini merupakan metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat sampai sejauh mana waktu yang diperlukan atau usaha yang dijalankan oleh subjek (S), untuk dapat menguasai materi yang dipelajarai dengan baik.
2.      Metode mempelajari kembali (the relearning method)
Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subjek disuruh mempelajari materi kembali yang pernah dipelajari sampai pada suatu criteria tertentu seperti pada mempelajari materi tersebut pada pertama kali. Makin sering dipelajari materi tersebut, waktu yang dibutuhkan semakin pendek. Ini berarti bahwa pada “relearning” ada waktu yang dihemat atau disimpan. Kerena itu metode ini juga sering disebut “saving method”.
3.      Metode rekonstruksi
Metode ini merupakan metode yang berbentuk dimana subjek disuruh mengkonstruksi kembali suatu materi yang diberikan kepadanya. Dalam mengkonstruksi itu dapat diketahui waktu yang digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada criteria tertentu.
4.      Metode mengenal kembali
Metode ini digunakan dengan mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subjek disuruh mempelajari suatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana yang dapat diingan dengan bentuk pilihan benar salah, atau dengan pilihan ganda (multiple choise).
5.      Metode mengingat kembali
Metode ini ialah mengambil bentuk subjek disuruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
6.      Metode assosiasi berpasangan
Metode ini mengambil bentuk subjek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dalam mengingat, dalam evaluasi salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus dan subjek disuruh menyebutkan atau menimbulkan kembali pasangannya.


C.    Pengertian Lupa
Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebaginya. (syaiful Bahri Djamarah, 2008: 206)
Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat. (Sumadi Suryabrata, 2006: 47)
Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat. (Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk digunakan. (Irwanto, 1991: 150).
Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

D.     Proses Terjadinya Lupa
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yangpernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan.
Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi.
1.      Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2.      Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:

a.    Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
b.    Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat.
c.    Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
3.      Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.
4.      Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)

E.    Faktor-Faktor Penyebab Lupa
Pertama, lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1)   proactive interference, 2) retroactive interference (Reber, 1988; Best, 1989; Anderson, 1990)
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktifapabila materi pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat adatu diproduksi kembali.
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktifapabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pejaran lama kan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya kemungkinan.
a.       Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
b.      Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
c.       Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.
Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory yakni teori represi/ penekanan (Reber, 1988). Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam bawah sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak psikologi analisis yang banyak mendapat tantanganm baik dari kawan maupun lawannya itu.
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menybut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Kelima, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian denga sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif, karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua orang maklum.
Kecuali gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena tennggang waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut (Best, 1989; Anderson, 1990).
Apakah materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan akalnya? Menurut pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak!” materi pelajaran itu masih terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan. (Muhibbin Syah, 1996: 160)

F.     Teori-Teori Mengenai Lupa
Lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
1.      Decay theory
Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi.
2.      Teori interferensi
Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya.
Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita mengalami hal ini.
Adalagi yang disebut interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.
3.      Teori retrieval failure
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
4.      Teori motivated forgetting
Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan masih selalu ada.
5.      Lupa karena sebab-sebab fisiologis
para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses lupa dalam kedua kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.

G.    Meningkatkan Kemampuan Ingatan
Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
1.      Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa pengulangan/rekan. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.
2.      Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain. Khusus mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari uraian di depan jelas bahwa memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu mempermudah recognition.
3.      Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian informasi yang sangat dikenal adalah mnemonik (bahasa Yunani: mnemosyne, yaitu dewi memori dalam mitologi Yunani). Informasi diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.
Salah satu metode mnemonik yang biasa dilakukan adalah metode loci (method of loci; loci= locus= tempat). Individu diminta untuk membayangkan suatu tempat yang ia kenal dengan baik, misalnya rumahnya. Ia membayangkan dari bagian rumah itu, misalnya dari ruang tamu sampai kekamarnya. Ia membayangkan benda-benda apa saja yang akan ditemui didekat pintu masuk, di ruang tamu, dekat pintu kamarnya dan di dalam kamarnya. Kemudian ia diasosiasikan benda-benda tersebut dengan informasi baru yang harus diingat.
            Metode mnemonik lain yang biasa dipakai adalah metode menghubung-hubungkan (link method), yaitu menghubungkan informasi yang harus diingat satu dengan lainnya sehingga mempunyai arti, walu kadang-kadang agak lucu.
            Orang yang baru belajar musik sering harus menghafal tanda-tanda yang amat kompleks. Untuk itu cara seperti berikut sering banyak membantu:
a.       Nada-nada yang naik ½ (kruis/ #) = Gudeg Djogja Amat Enak Banyak Fitamin
b.      Nada-nada yang turun ½ (mol) = Fajar Bandung Elok Amat Dekat Garut Ciamis
Seorang mahasiswa psikologi yang ingin menghafalkan spektrum warna harus menempuh jalan sebagai berikut:
Mau Jadi Koboi Harus Bisa Naik Unta = Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila Ungu
            Pengorganisasian juga bisa dilakukan dengan membuat suatu akronim sekaligus sebagai suatu kesatuan informasi (chunk) seperti dalam jembatankeledai yang pernah kita singgung di depan (LUBER, ANDAL kota BERIMAN, dan lain-lain). (Irwanto, 1991: 152-158)



H.    Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai berikut:
1.      Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
2.      Extra Study Time
Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
3.      Mnemonic Device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.
4.      Pengelompokkan
Maksud kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
5.      Latihan Terbagi
Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah massed practice (latihan terkumpul) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari camming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan istributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang efisien.
6.      Pengaruh Letak Bersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata0kata (nama, istilah dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa. (Muhibbin Syah, 1996: 160-164)


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.                Kesimpulan
Ingatan merupakan proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi-informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran. Dalam otak, terdapat dua macam tempat penyimpan informasi atau tanggapan yaitu :
a.       Ingatan Jangka Pendek (Short Term Memori/STM)
 b.      Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memori/LTM)
Lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.
Faktor-faktor yang menyebabkan lupa meliputi :
1.      Adanya konflik-konflik antara item-item informasi atau materi pelajar yang ada di sistem memori seseorang.
2.      Adanya tekanan terhadap item atau materi yang lama baik disengaja atau tidak disengaja.
3.      Perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu memanggil kembali item tersebut.
4.      Perubahan situasi dan minat terhadap proses dan situasi tertentu.
5.      Tidak pernah latihan/tidak pernah dipakai.
6.      Kerusakan jaringan syaraf otak.
Cara mengurangi lupa:
1.     Belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu.
2.     Menambah waktu belajar sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
3.     Mengelompokkan kata atau istilah tertentu dalam susunan yang logis.
 Jenuh belajar adalah yaitu suatuv situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu.
B.      Saran
Ø  Tidak berarti bahwa semua yang telah dialami akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan atau dengan kata lain akan ada yang dilupakan. Peristiwa kelupaan ini dapat terjadi karena kemampuan ingatan yang terbatas, cepat lambat orang dalam memasukkan (mendispersi) apa yang ia pelajari, ataupun karena problem psikologis yang ada pada dirinya. Sehingga diperlukan teknik-teknik tertentu untuk mengatasi kelupaan yang terjadi.
Ø  Kepada para pembaca jika ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bisa membaca buku atau majalah-majalah yang memuat tentang Ingatan dan Lupa.

Daftar Pustaka
1.      Mahmud, M. Dimyati. 1991. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta: PBFE.
2.      Purwanto, M. Ngalim. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
3.      Suyanto, Agus. 1993. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 9.
4.      Abu Ahmadi, 1998. Pikologi Umum. Rineka Cipta: Jakarta.
5.      Bimo Walgito, 2004. Pengantar Psikologi Umum. ANDI: Yogyakarta
6.      Syah,Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
7.      Hilary. Memory Otak. http://hi4ry.worspress.com/. 23 Oktober 2007.
8.      NN. Memori Jangka Pendek. www.groups.yahoo.com. 19 September 2008.
9.      N.N. Meningkatkan Daya Ingat. http://www.e-edukasi.net. 19 September 2008.
10.  Almazini.P. Mengoptimalkan Daya Ingat. www.makelarz.blogspot.com. 19 September 2008.
11.  Djamarah, Syaiful Bahri. 2008, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
12.  Sujanto, Agus Psikologi Umum, Jakarta : Bumi Aksara,2009.





0 komentar:

Posting Komentar

Recent Posts