MAKALAH
INGATAN DAN
LUPA
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Ilmu Psikologi
Disusun
Acnes Agustiani 1124050002
Agvi Firdaus 1124050007
Alif Zaki 1124050012
Ari Rahmandani 1124050017
Ayi Solahudin 1124050022
Dasrianto 1124050027
Desi Apriyani 1124050032
Eka permana 1124050037
Ilmu Komunikasi Jurnalisik
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung
KATA
PENGANTAR
Segala puji
dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rezeki dan
kesehatan kepada kami sehingga kami mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan
pembuatan makalah yang dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Ilmu
Psikologi. Adapun materi makalah yang kami buat adalah "Memori dan
Lupa".
Kami
menyadari dan meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih
banyak kekurangan dan kesalahan yang kami sadari atau pun yang tidak kami
sadari. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari makalah ini,
agar di masa yang akan datang kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.
Namun begitu, meskipun makalah ini jauh dari kata sempurna kami berharap agar
makalah ini sedikit banyaknya dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam pembuatan makalah ini. Demikian sedikit kata pengantar dari kami atas
perhatian para pembaca sekalian kami mengucapkan terima kasih.
Bandung, 6 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar................................................................................... .............................................1
Daftar Isi............................................................................................ .............................................2
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah............................................................. .............................................3
B.
Batasan
Masalah......................................................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ingatan (Memory).................................................... ............................................
4
B.
Sifat-Sifat Ingatan (Memory).................................................... .............................................4
C. Pengertian
Lupa......................................................................... .............................................7
D. Proses
Terjadinya Lupa............................................................. .............................................7
E. Faktor-Faktor Penyebab Lupa.................................................. .............................................8
F. Teori-Teori
Mengenai Lupa....................................................... ...........................................10
G.
Meningkatkan Kemampuan Ingatan........................................ ...........................................11
H. Kiat
Mengurangi Lupa dalam Belajar...................................... ...........................................13
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ................................................................................ ...........................................15
B.
Saran........................................................................................... ...........................................15
Daftar
Pustaka.................................................................................... ...........................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Otak
merupakan perangkat yang paling kompleks di dunia. Trilyunan sel otak memiliki
fungsi spesifik tetapi saling berhubungan. Mengendalikan
seluruh aspek fisik dan psikis manusia. Baik secara sadar maupun tak sadar, kapasitas penyimpanan memori di dalam otak jauh melebihi kapasitas
hardisk komputer terbesar sekalipun. Otak memiliki kemampuan menangani
algoritma rumit secara bersamaan dalam jumlah tak terbatas, jauh melebihi
kemampuan prosesor komputer tercanggih sekalipun.
Tapi sayangnya manusia tidak mampu mengoptimalkan seluruh potensi otak
tersebut, sehingga otak tidak memungkinkan semua jejak ingatan itu tersimpan
terus dengan sempurna, melainkan berangsur-angsur akan menghilang.
Manusia cenderung menyempurnakan
sendiri bagian-bagian yang terlupa tersebut dengan cara mengkreasikan detail-deatil
cerita itu. Akibatnya, sebuah cerita tentang suatu peristiwa yang pernah
disaksikan oleh seseorang akan berubah-ubah dari masa ke masa. Makin lama jarak
waktu antara kejadian awal dengan saat bercerita, maka makin banyak
perubahannya.
Ingatan merupakan alih
bahasa dari memory. Ingatan berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang telah
lampau. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia, hal ini menunjukkan
bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali
pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Apa yang telah pernah dialami oleh
manusia tidak seluruhnya hilang, tetapi disimpan dalam jiwanya, dan apabila
diperlukan hal-hal yang disimpan itu dapat ditimbulkan kembali dalam alam
kesadaran. Tapi inipun tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan
tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan dan dapat seluruhnya ditimbulkan
kembali. Karena itu ingatan merupakan kemampuan yang terbatas.
B. Batasan Masalah
Adapun batasan Masalah dalam karya
tulis ini adalah:
1. Apa pengertian
dari ingatan dan lupa itu ?
2. Bagaimana proses
terjadinya lupa ?
3. Apa saja faktor
dan teori mengenai lupa ?
4. Bagaimana cara
meningkatkan ingatan dan kiat mengurangi lupa dalam belajar ?
5. Apa saja
sifat-sifat dan gangguan ingatan ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ingatan (Memory)
Ingatan (memory)
ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksikan kesan-kesan.
Jadi, ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan; menerima kesan-kesan, menyimpan dan mereproduksikan.
Orang yang dapat
mengingat sesuatu kejadian, ini berarti kejadian yang diingat itu pernah
dialami, atau dengan kata lain kejadian itu pernah dimasukkan ke dalam jiwanya,
kemudian disimpan dan pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam
kesadaran. Dengan demikian ingatan itu merupakan kemampuan yang berkaitan
dengan kemampuan untuk menerima atau memasukkan (learning), menyimpan (retention),
dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau
(Woodworth dan Marquis, 1957).[1][1]
Dengan kata lain
ingatan merupakan kemampuan psikis untuk memasukkan (learning),
menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering)
hal-hal yang lampau.
B. Sifat-Sifat Ingatan (Memory)
Dengan adanya kemampuan
untuk mengingat pada manusia ini berarti ada suatu indikasi bahwa manusia mampu
untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami. Namun
tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya
dalam ingatannya, oleh karena ingatan kemampuan yang terbatas.
Sifat-sifat ingatan :
1.
Ingatan yang cepat dan mudah: seorang dapat dengan mudah dalam menerima
kesan-kesan
2.
Ingatan yang luas: sekaligus seseorang dapat menerima banyak kesan-kesan
dan dalam daerah yang luas
3.
Ingatan yang teguh: kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah,
melainkan tetap sebagaimana pada waktu menerimanya (tidak mudah lupa)
4.
Ingatan yang setia: kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah,
melainkan tetap sebagaimana pada waktu menerimanya
5.
Ingatan mengabdi atau patuh: kesan yang pernah dicamkan dapat dengan mudah
direproduksi dengan lancar
Gangguan-gangguan
ingatan :
1.
lupa :
peristiwa yang tidak dapat memproduksikan tanggapan kita.
2.
amnesia :
peristwa yang tidak dapat memproduksikan tanggapan karena ingatan kita tidak
sehat.
3.
deya vu :
ialah sutatu peristiwa seakan-akan sudah pernah. Sesuatu yang sebenarnya belum
( pengenalan tipuan )
4.
jamais vu :
ialah peristiwa seakan akan belum pernah kenal kepada sesuatu yang sebenarnya
sudah ( lupa tipuan )
5.
depersonalis,
ialah suatu peristiwa, seorang seorang tidak mengenal dirinya sendiri .contoh :
seseorang berbuat sesuatu, waktu ia ditegur ia tidak mengakui bahwa itu
perbuatannya dan dikatakan bahwa itu perbuatan orang lain. Kalau yang dikatakan
ini orang besar maka peristiwa ini disebut GROOTHEIDSWAN
Prestasi ingatan
berhubungan erat dengan kondisi jasmani, misalnya; kelelehan, sakit, dan kurang
tidur juga menurunkan prestasi ingatan. Dari factor usia, ingatan paling tajam
pada diri manusia ialah kurang lebih pada masa kanak-kanak (10-14 th), dan ini
baik sekali untuk daya ingatan mekanis, yakni daya ingatan yang hanya untuk
kesan-kesan penginderaan. Sesudah umur ini mencamkan dalam ingatan juga dapat
dipertinggi, tetapi hanya untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian (daya
ingatan logis). Dan ini berlangsung antara umur 15-50 th.
Ingatan berhubungan
pula dengan emosi seseorang. Factor sugesti dan perasaan memegang peranan besar
dalam penentuan kualitas ingatan. Rasa takut, cemas, ragu-ragu, gugup, minder
dan malu semua dapat mempengaruhi ingatan seseorang.
Salah satu produk dari
ngatan adalah mengenal kembali. Mengenal kembali ialah (recognize) ialah
kesadaran masa lampau sebagai akibat dari pengamatan. Pengenalan kembali itu
berlangsung dengan bantuan impuls dari luar. Disamping pengenalan kembali, ada
peristiwa mengingat kembali (to remember, to recall), yaitu kesadaran
masa lampau, dikaitkan reproduksi. Jika pngenalan kembali ditimbulkan oleh impuls
dari luar maka mengingat kembali disebabkan oleh adanya perangsang/impuls dari
dalam atau internal. Peristiwa lain yang sangat penting dalam ingatan ialah
aktivitas psikis mencamkan (memasukkan-meletakkan). Usaha dengan sengaja
memasukkan-meletakkan bahan pengenalan dalam ingatan itu disebut “memorisasi”.
Dalam memorisasi dapat
berlansung dengan cara “otomatis” atau berlangsung dengan sendirinya, tanpa
menggunakan akal atau tidak sengaja. Sekalipun dengan memorisasi memungkinkan
orang dapat mengingat apa yang telah dipelajarinya, tetapi tidak berarti bahwa
semua “memory traces” ini akan tetap tinggal dengan baik, karena pada suatu
saan akan hilang, dalam hal ini orang mengalami kelupaan. Yang mana seseorang
tidak dapat mereproduksi tanggapan-tanggapan yang pernah dialami, padahal
ingatannya sehat.
Cara penyeliikan
ingatan:
1.
Metode mempelajari (the learning method)
Metode ini merupakan
metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat sampai sejauh
mana waktu yang diperlukan atau usaha yang dijalankan oleh subjek (S), untuk
dapat menguasai materi yang dipelajarai dengan baik.
2.
Metode mempelajari kembali (the relearning method)
Metode ini merupakan
metode yang berbentuk dimana subjek disuruh mempelajari materi kembali yang
pernah dipelajari sampai pada suatu criteria tertentu seperti pada mempelajari
materi tersebut pada pertama kali. Makin sering dipelajari materi tersebut,
waktu yang dibutuhkan semakin pendek. Ini berarti bahwa pada “relearning” ada
waktu yang dihemat atau disimpan. Kerena itu metode ini juga sering disebut
“saving method”.
3.
Metode rekonstruksi
Metode ini merupakan
metode yang berbentuk dimana subjek disuruh mengkonstruksi kembali suatu materi
yang diberikan kepadanya. Dalam mengkonstruksi itu dapat diketahui waktu yang
digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada criteria tertentu.
4.
Metode mengenal kembali
Metode ini digunakan
dengan mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subjek disuruh
mempelajari suatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai
sejauh mana yang dapat diingan dengan bentuk pilihan benar salah, atau dengan
pilihan ganda (multiple choise).
5.
Metode mengingat kembali
Metode ini ialah
mengambil bentuk subjek disuruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
6.
Metode assosiasi berpasangan
Metode ini mengambil
bentuk subjek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan dalam mengingat, dalam evaluasi salah satu
pasangan digunakan sebagai stimulus dan subjek disuruh menyebutkan atau
menimbulkan kembali pasangannya.
C. Pengertian Lupa
Lupa merupakan istilah
yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan setiap waktu
pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang
peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan,
mungkin juga sesuatu yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada
siapapun juga, tak peduli apakah orang itu anak-anak, remaja, orang tua, guru,
pejabat, profesor, petani dan sebaginya. (syaiful Bahri Djamarah, 2008: 206)
Soal mengingat dan lupa
biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena
memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama
dari segi berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan, dan hal
yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat. (Sumadi Suryabrata, 2006: 47)
Lupa ialah peristiwa
tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat.
(Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu gejala di
mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk
digunakan. (Irwanto, 1991: 150).
Muhibbinsyah (1996)
dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan lupa sebagai
hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa
yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan Reber
(1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat
sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah
peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
D. Proses Terjadinya Lupa
Daya ingatan kita tidak
sempurna. Banyak hal-hal yangpernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau
dilupakan.
Dewasa ini ada empat
cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling bertentangan,
melainkan saling mengisi.
1. Apa yang telah kita
ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat
itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun
jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya
kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
2. Mungkin pula materi itu
tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara
sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Penghalusan: materi
berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan kurang
tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
b. Penegasan:
bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling
mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga
yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan
tidak begitu diingat.
c. Asimilasi: bentuk yang
mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan
botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat
bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu
tidak kita ingat lagi.
3. Kalau mempelajari hal
yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat kita ingat
lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali materi
pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin
pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena
terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan
seperti ini disebut hambatan proaktif.
4. Ada kalanya kita
melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa mengerikan,
menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak
dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun
proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam
kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan
amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang
bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong atau disembuhkan
melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga
menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)
E. Faktor-Faktor Penyebab
Lupa
Pertama, lupa terjadi
karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam
sistem memori siswa. Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan),
gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1) proactive interference, 2) retroactive interference (Reber, 1988; Best, 1989; Anderson,
1990)
Seorang siswa akan
mengalami gangguan proaktifapabila materi pelajaran yang sudah lama tersimpan
dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru.
Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi
pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya
dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja
dipelajari akan sangat sulit diingat adatu diproduksi kembali.
Sebaliknya, seorang
siswa akan mengalami gangguan retroaktifapabila materi pelajaran baru membawa
konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah lebih
dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini,
materi pejaran lama kan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan
kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item
yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya
kemungkinan.
a. Karena item informasi
(berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang diterima siswa
kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam
ketidaksadaran.
b. Karena item informasi
yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama
dengan fenomena retroaktif.
c. Karena item informasi
yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar
dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.
Itulah pendapat yang
didasarkan para repression theory yakni teori represi/ penekanan (Reber,
1988). Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam
bawah sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak
psikologi analisis yang banyak mendapat tantanganm baik dari kawan maupun
lawannya itu.
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara
waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang
siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat
gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa
menybut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses
belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan
minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada
guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
Kelima, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi
karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau
dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan
demikian denga sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur
aduk dengan materi pelajaran baru.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang
siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol,
dan geger otak akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam
memori permanennya.
Meskipun penyebab lupa
itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan para guru
adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif, karena
didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja
semua orang maklum.
Kecuali gangguan
proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan bahwa
lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap rusak
sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang
dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk
dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena
tennggang waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan saat
proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut
(Best, 1989; Anderson, 1990).
Apakah materi pelajaran
yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan akalnya? Menurut
pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak!” materi pelajaran itu masih terdapat
dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau
diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah
melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi
memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam
memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang
memuaskan. (Muhibbin Syah, 1996: 160)
F. Teori-Teori Mengenai Lupa
Lupa merupakan suatu
gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali
untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference
theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab fisiologis.
Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
1.
Decay theory
Teori ini beranggapan
bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah
diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di
simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini
akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian,
banyak ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh
ausnya informasi.
2.
Teori interferensi
Teori ini beranggapan
bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga panjang masih ada dalam
gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena
informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi
bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yang
lama, tetapi bisa juga sebaliknya.
Bila informasi yang
baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam
memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita
mengalami hal ini.
Adalagi yang disebut
interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang
mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.
3.
Teori retrieval failure
Teori ini sebenarnya
sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam
memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali
tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih
disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat
tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut
tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
4.
Teori motivated forgetting
Menurut teori ini, kita
akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang
menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak
diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori
psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas,
jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan
masih selalu ada.
5.
Lupa karena sebab-sebab fisiologis
para peneliti sepakat
bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di
otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan
mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai
informasi yang telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan
dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi
yang baru saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena
proses lupa dalam kedua kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor
biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.
G. Meningkatkan Kemampuan Ingatan
Secara umum usaha-usaha
untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai
berikut:
1.
Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan bahwa pengulangan/rekan. Mekanisme dalam proses mengingat sangat
membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang
dikatakan “belajar dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai
informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapinya saat ini.
2.
Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain.
Khusus mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari uraian di depan
jelas bahwa memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai
kaitan dengan hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa
peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini
memberikan retrievel cues atau karena itu mempermudah recognition.
3.
Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian informasi yang
sangat dikenal adalah mnemonik (bahasa Yunani: mnemosyne, yaitu dewi memori
dalam mitologi Yunani). Informasi diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan
dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk
diingat kembali.
Salah satu metode
mnemonik yang biasa dilakukan adalah metode loci (method of loci; loci= locus=
tempat). Individu diminta untuk membayangkan suatu tempat yang ia kenal dengan
baik, misalnya rumahnya. Ia membayangkan dari bagian rumah itu, misalnya dari
ruang tamu sampai kekamarnya. Ia membayangkan benda-benda apa saja yang akan
ditemui didekat pintu masuk, di ruang tamu, dekat pintu kamarnya dan di dalam
kamarnya. Kemudian ia diasosiasikan benda-benda tersebut dengan informasi baru
yang harus diingat.
Metode mnemonik lain yang biasa dipakai adalah metode menghubung-hubungkan
(link method), yaitu menghubungkan informasi yang harus diingat satu dengan
lainnya sehingga mempunyai arti, walu kadang-kadang agak lucu.
Orang yang baru belajar musik sering harus menghafal tanda-tanda yang amat
kompleks. Untuk itu cara seperti berikut sering banyak membantu:
a.
Nada-nada yang naik ½ (kruis/ #) = Gudeg Djogja Amat Enak Banyak Fitamin
b.
Nada-nada yang turun ½ (mol) = Fajar Bandung Elok Amat Dekat Garut Ciamis
Seorang mahasiswa
psikologi yang ingin menghafalkan spektrum warna harus menempuh jalan sebagai
berikut:
Mau Jadi Koboi Harus
Bisa Naik Unta = Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila Ungu
Pengorganisasian juga bisa dilakukan dengan membuat suatu akronim sekaligus
sebagai suatu kesatuan informasi (chunk) seperti dalam jembatankeledai yang
pernah kita singgung di depan (LUBER, ANDAL kota BERIMAN, dan lain-lain).
(Irwanto, 1991: 152-158)
H. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya
ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan
daya ingatannya, antara Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah
sebagai berikut:
1.
Overlearning
Overlearning (belajar
lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi
pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu
muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara
di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara
lain pembacaan teks pancasila pada setiap hari senin dan sabtu memungkinkan
ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
2.
Extra Study Time
Extra Study Time
(tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar materi
tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi belajar
berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini
dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
3.
Mnemonic Device
Mnemonic device
(muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti kiat khusus
yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke
dalam sistem akal siswa.
4.
Pengelompokkan
Maksud kiat
pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item
tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
5.
Latihan Terbagi
Lawan latihan terbagi
(distributed practice) adalah massed practice (latihan terkumpul) yang sudah
dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan
terbagi siswa melakukan latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya demikian
dilakukan untuk menghindari camming, yakni belajar banyak materi secara
tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam melaksanakan istributed practice,
siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang efisien.
6.
Pengaruh Letak Bersambung
Untuk memperoleh efek
positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa
dianjurkan menyusun daftar kata0kata (nama, istilah dan sebagainya) yang
diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus
diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna
yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata yang lainnya yang tidak
perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal yang akhir daftar
tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem
akal permanen siswa. (Muhibbin Syah, 1996: 160-164)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Ingatan
merupakan proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali
informasi-informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan
dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran. Dalam otak, terdapat
dua macam tempat penyimpan informasi atau tanggapan yaitu :
a.
Ingatan Jangka Pendek (Short Term Memori/STM)
b. Ingatan
Jangka Panjang (Long Term Memori/LTM)
Lupa adalah hilangnya
kemampuan menyebut atau melakukan kembali informasi dan kecakapan yang telah
tersimpan dalam memori.
Faktor-faktor yang
menyebabkan lupa meliputi :
1.
Adanya konflik-konflik antara item-item informasi atau materi pelajar yang ada
di sistem memori seseorang.
2.
Adanya tekanan terhadap item atau materi yang lama baik disengaja atau tidak
disengaja.
3.
Perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu memanggil
kembali item tersebut.
4.
Perubahan situasi dan minat terhadap proses dan situasi tertentu.
5.
Tidak pernah latihan/tidak pernah dipakai.
6.
Kerusakan jaringan syaraf otak.
Cara mengurangi lupa:
1. Belajar
dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu.
2. Menambah
waktu belajar sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
3. Mengelompokkan
kata atau istilah tertentu dalam susunan yang logis.
Jenuh belajar adalah yaitu suatuv situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu.
Jenuh belajar adalah yaitu suatuv situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu.
B. Saran
Ø
Tidak berarti bahwa semua yang telah dialami akan tetap tinggal seluruhnya
dalam ingatan atau dengan kata lain akan ada yang dilupakan. Peristiwa kelupaan
ini dapat terjadi karena kemampuan ingatan yang terbatas, cepat lambat orang
dalam memasukkan (mendispersi) apa yang ia pelajari, ataupun karena problem
psikologis yang ada pada dirinya. Sehingga diperlukan teknik-teknik tertentu
untuk mengatasi kelupaan yang terjadi.
Ø
Kepada para pembaca jika ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bisa
membaca buku atau majalah-majalah yang memuat tentang Ingatan dan Lupa.
Daftar Pustaka
1.
Mahmud, M.
Dimyati. 1991. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan.
Yogyakarta: PBFE.
2.
Purwanto, M.
Ngalim. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
3.
Suyanto,
Agus. 1993. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 9.
4.
Abu Ahmadi, 1998. Pikologi Umum. Rineka Cipta: Jakarta.
5.
Bimo Walgito, 2004. Pengantar Psikologi Umum. ANDI: Yogyakarta
6.
Syah,Muhibbin.
2007. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
7.
Hilary. Memory
Otak. http://hi4ry.worspress.com/. 23 Oktober 2007.
8.
NN. Memori
Jangka Pendek. www.groups.yahoo.com. 19 September 2008.
11. Djamarah, Syaiful Bahri. 2008, Psikologi Belajar,
Jakarta: Rineka Cipta.
12. Sujanto, Agus Psikologi Umum, Jakarta : Bumi
Aksara,2009.
0 komentar:
Posting Komentar