MOTIF
DAN MOTIVASI
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Psikologi
Disusun Oleh:
Adit Saputra (11240500)
Ainun Habibah (11240500)
Anthea Noviana (11240500)
Aris Ginanjar (11240500)
Bayu Rizki (11240500)
Dedi Anggara (11240500)
Dini Afianti
Efendi (1124050035)
Elma Salma
Zakiyah (11240500)
Ilmu
Komunikasi Jurnalistik/Semester I/A
Ilmu Komunikasi
Jurnalistik
Fakultas Dakwah dan
Komunikasi
Universitas Islam
Negeri (UIN)
Sunan Gunung Djati
Bandung
Tahun 2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama paling sedikit dua ribu tahun, para filsuf barat
meneliti “alasan” dan “hasrat”, dua unsur berbeda yang diyakini bertentangan.
Baru kemudian pada pertengahan abad ke-19, studi mengenai motivasi
memperlihatkan kaitan keduanya. Ketika itu sangat dipengaruhi oleh Teori
Evolusi dari Charles Darwin yang menyatakan bahwa manusia berevolusi dalam
pergulatan keras dengan alam (Selection of Natural).
Ahli
Biologi dan Psikologi menyatakan “hasrat” seperti itu secara mekanis mengendalikan
tubuh manusia untuk memenuhi kebutuhan badaniah-nya. Sebagai contoh, seseorang
yang merasa lapar karena mengerutnya perut yang kosong, akan termotivasi untuk
makan. Motivasi internal seperti ini menjadi alasan yang lebih diterima
daripada alasan eksternal, seperti alasan karena mencium bau sedap makanan.
Sementara
itu, beberapa eksperimen yang diadakan oleh seorang psikolog, R.S. Woodworth,
dengan cara persaingan (competition), persaingan diri (self competition) dan
pembuatan jarak (pace maker). Membuktikan bahwa perangsang-perangsang dapat
menimbulkan “motif” untuk mencapai tujuan.
A. Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dari motif dan motivasi?
2.
Apa saja faktor
yang mempengaruhi motivasi?
3.
Apa yang di
maksud dari konasi (kehendak) ?
4.
Bagaimana
pembagian dari konasi (kehendak) ?
5.
Apa saja aliran
yang ada dalam kehendak ?
6.
Apa perbedaan
konasi (kehendak) dan motivasi ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Motivasi
Motif secara etimologi, motif dalam bahasa
inggris motive, berasal dari motion, yang berarti “gerakan” atau “sesuatu yang
bergerak”, yang menunjuk pada gerakan manusia sebagai “tingkah laku”. Dalam
psikologi motif berarti rangsangan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah
laku itu.
Seringkali diartikan dengan
istilah dorongan.
Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat.
Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia
untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi
(niat).
Menurut Wexley & Yukl (dalam
As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula
diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut Mitchell (dalam
Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan
timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela
(volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.
Morgan (dalam Soemanto, 1987)
mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan
aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong
tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang di dorong oleh
keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah
laku tersebut (goals or ends of such behavior). McDonald (dalam
Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri
seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai
tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan
dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal
ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis
maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula
(Suprihanto dkk, 2003).
Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi
sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan
reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan,
kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi
tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah
energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang
yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong
individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan,
kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.
Dalam
motif, pada umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu kebutuhan dan tujuan.
Proses interaksi timbal balik antara kadua unsur ini terjadi dalam tubuh
manusia, walaupun dapat dipengaruhi oleh hal-hal dari luar diri manusia. Karena
itu, bisa saja terjadi perubahan motivasi dalam waktu singkat.
Sedangkan
menurut Dister, setiap tingkah laku manusia adalah hasil dari hubungan timbal
balik antara tiga faktor, yaitu:
1. Dorongan spontan manusia, yaitu
dorongan yang tidak ditimbulkan dengan sengaja. Seperti dorongan seksual, nafsu
makan dan kebutuhan akan tidur.
2. Ke-aku-an manusia, dimana manusia
menyetujui dorongan spontan tadi untuk menjadi miliknya, sehingga kemudian
menjadi sebuah “kejadian”. Misalnya dengan menunda makan, walaupun ia merasa
lapar.
3. Lingkungan
hidup manusia.
Motif merupakan dorongan dalam diri
manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi
oleh manusia tersebut. ada beberapa kriteria motif, berikut ini adalah
motif-motif yang timbul pada diri manusia ketika berkomunikasi:
1. Motif informatif, yaitu segala
sesuatu yang berhubungan dengan hasrat untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu
pengetahuan.
2. Motif hiburan, yaitu hal-hal yang
berkenaan untuk mendapatkan rasa senang.
3. Motif integrasi personal, merupakan
motif-motif yang timbul akibat keinginan untuk memperteguh status,
kredibilitas, rasa percaya diri, dll
4. Motif integratif sosial, dimaksudkan
untuk memperteguh kontak sosial dengan cara berinteraksi dengan keluarga,
teman, orang lain.
5. Motif pelarian, merupakan motif
pelepasan diri dari rutinitas, rasa bosan, atau ketika sedang sendiri.
B.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Motivasi
Motivasi
seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
a. Faktor Internal; faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri atas:
a. Faktor Internal; faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri atas:
1. Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang termotivasi atau
tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif berupa
persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan
mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak;
2. Harga diri dan prestasi; faktor ini
mendorong atau mengarahkan inidvidu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi
pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status
tertentu dalam lingkungan masyarakat; serta dapat mendorong individu untuk
berprestasi;
3. Harapan; adanya harapan-harapan akan
masa depan. Harapan ini merupakan informasi objektif dari lingkungan yang
mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan
dari perilaku.
4. Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh
kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh,
sehingga mampu meraih potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan
mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan memberi
respon terhadap tekanan yang dialaminya.
5. Kepuasan kerja; lebih merupakan
suatu dorongan afektif yang muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau
tujuan yang diinginkan dari suatu perilaku.
b. Faktor Eksternal; faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas:
1.
Jenis dan sifat pekerjaan; dorongan untuk bekerja pada jenis
dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan
mengarahkan individu untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang akan
ditekuni. Kondisi ini juga dapat dipengartuhi oleh sejauh mana nilai imbalan
yang dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud;
2.
Kelompok kerja dimana individu bergabung; kelompok kerja
atau organisasi tempat dimana individu bergabung dapat mendorong atau
mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan perilaku tertentu;
peranan kelompok atau organisasi ini dapat membantu individu mendapatkan
kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat
memberikan arti bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan
sosial.
3.
Situasi lingkungan pada umumnya; setiap individu terdorong
untuk berhubungan dengan rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif
dengan lingkungannya;
4.
Sistem imbalan yang diterima; imbalan merupakan
karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang
yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari
satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem
pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai
tujuan; perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai maka
akan timbul imbalan.
C.
Pengertian Konasi (Kehendak)
Kehendak
adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak itu merupakan
kekuatan dari dalam dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik. Dalam
realisasinya kehendak ini bertautan dengan pikiran dan perasaan.
Dalam arti lain, kehendak adalah
suatu kekuatan dari beberapa kekuatan seperti uap dan listrik. Kehendak juga
adalah penggerak manusia dan daripadanya timbul gejala perbuatan yang hasil
dari kehendak dan segala sifat menusia dan kekuatannya seolah-olah tidur
nyenyak sehingga dibangunkan oleh kehendak.
Kehendak disebut juga dengan azam,
yang mana azam tersebut datang dari keinginan yang menang dan kemudian diikuti
dengan perbuatan.
Kehendak itu mempunyai dua macam
perbuatan, yaitu : kadang-kadang ia menjadi pendorong dan kadang-kadang ia
menjadi penolak.
Perbuatan terdapat 2 (dua) macam,
yaitu :
1. Perbuatan bukan hasil kehendak,
yakni yang tidak ada hubungannya dengan kehendak. Seperti detak jantung,
bernafas dan mengedipkan mata.
2. Perbuatan hasil dari kehendak,
kejujuran dan keberanian timbul dari kehendak yang mendorong kekuatan manusia
kepada jalan tertentu atau kehendak lain yang melarangnnya kepada kehendak
tertentu. Demikian juga dusta dan lainnya yang bersifat negative.
Menurut Kahn, kehendak itu adalah satu-satunya permata yang
menyinari dengan sinar tertentu. Beliau juga membuka risalahnya yang terkenal
dalam ilmu akhlak, dengan kata lain; “di
dunia bahkan diluarnya tidak ada sesuatu yang bersifat dengan tiada ikatan atau
syarat, kecuali kehendak”. Maka harta benda, pangkat, kesehatan dan
sebagainya bersifat baik dengan syarat mempergunakannya dalam tujuan baik.
D.
Bagian-bagian dalam Kehendak
1.
Dorongan-dorongan (drives)
Dorongan adalah sesuatu kekuatan
dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung diluar kesadaran
kita. Pengertian lain dorongan adalah desakan alami untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan hidup dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan
hidup. Dorongan ini sudah ada sejak manusia lahir, sering tidak disadari dan
sering lepas dari kontrolnya manusia. Dorongan tersebut sangat erat hubungannya
dengan perasaan-perasaan yang paling dalam.
Dorongan dalam hal ini memiliki duia
macam, yaitu :
a. Dorongan individual; seperti
dorongan untuk makan, minum, berkelahi, berjuang, merusak dan lain-lain.
b. Dorongan social; seperi dorongan
seks/kelamin, dorongan untuk hidup berkawan, dorongan untuk berbuat kebaikan,
dorongan hidup rukun, toleransi dan lainnya.
2.
Keinginan
Keinginan adalah dorongan nafsu yang tertuju pada arah dan tujuan tertentu.
Jika dorongan telah tertuju pada tujuan yang nyata/konkret dan tertentu,
misalnya disitu akan terjadi dorongan keras dan terarah pada suatu objek
tertentu, maka nafsu itu disebut keinginan. Misalnya, nafsu makan menimbulkan
untuk memakan sesuatu, nafsu kerja menimbulkan keinginan untuk mengerjakan
kekuatan, dan berbagai nafsu lainnya.
3.
Hasrat
Hasrat dalah suatu keinginan tertentu yang dapat di
ulang-ulang. Hasrat mempunyai beberapa cirri, antara lain :
a. Hasrat meruapakan motor penggerak
perbuatan dan kekuatan manusia;
b. Hasrat berhubungan erat dengan
tujuan tertentu, baik positif maupun negative. Positif berarti mencapai sesuatu
yang dianggap baik, berharga atau bernilai, sedangkan negative berarti
menghindari sesuatu yang didak berharga atau tidak berguna sama sekali.
c. Hasrat selamanya tidak terpisah dari
gejala mengenal (kognisi) dan perasaan (emosi). Dengan kata lain, hasrat tidak
dapat dipisahkan dengan pekerjaan jiwa yang lain.
d. Hasrat diarahkan pada
penyelenggaraan suatu tujuan, maka didalam hasrat terdapat penjelmaan kegiatan.
Gejala hasrat ini tidak hanya
terjadi pada manusia, tetapi terjadi juga pada tumbuhan dan hewan. Gejala
tersebut disebut gejala tropisme, yaitu yang menyebabkan timbulnya gerak ke
suatu arah tertentu. Ini terjadi jika mendapat rangsangan dari luar semata,
jadi tidak ada pendorong dalam untuk tujuan tertentu.
4.
Kecenderungan
Keinginan-keingan
yang sering muncul atau timbul disebut kecenderungan. Kecenderungan
sama dengan kecondongan yang
merupakan hasrat aktif yang menyuruh kita agar lekas bertindak. Hal ini dapat
menimbulkan dasar kegemaran terhadap sesuatu.
Paulhan, seorang psikolog Perancis
mengelompokan kecenderungan tersebut sebagai berikut :
a. Kecenderungan vital; lahap, rakus
sedang atau ‘matig’ kecenderungan minum-minuman keras dan lain-lain.
b. Kecenderungan egoistis; kikir, cinta
diri, individualistis, brutal, menyendiri, narsistis atau merasa paling ‘super’
dan lainnya.
c. Kecenderungan social; kecenderuangan
berkumpul dengan orang lain (persahabatan), kerukunan, gotong royong, dan
sebagainya.
d. Kecenderuangan abstrak; jujur, adil, sadar akan kewajiban,
tanggungjwab, munafik, menipu, mengecoh dan lain sebagainya.
Kecenderungan disebut juga kesiapan reaktif yang habitual.
Kecenderungan merupakan sifat/watak kita yang disposisional yaitu bukan
merupakan tingkahlaku itu sendiri. Akan tetapi meruapak sesuatu yang
memungkinkan timbulnya tingkahlaku dan mengarahkan pada objek tertentu.
Kecenderungan sifatnya bukan herediter yakni tidak dibawa sejak lahir, juga
tidak mekanistis kaku seperti reflex dan kebiasaan. Sifatnya bisa sementara
namun kadangkala juga bisa bersifat menetap.
5.
Hawa Nafsu
Hawa nafsu adalah hasrat yang benar dan kuat yang dapat menguasai
seluruh fungsi jiwa kita. Dan hawa nafsu itu bergerak dan berkuasa didalam
kesadaran. Dalam pengertian ini nafsu meruapakan Kecenderungan yang kuat, hebat
sekali sehingga bisa mengganggu keseimbangan fisik.
Nafsu ini bisa menyingkirkan
pertimbangan akal. Dan pengertian ahti nurani, ,emyingkirkan pula segala hasrat
yang lainnya. Sebagai contohnya adalah nafsu bermain judi, nafsu meminum
minuman keras, nafsu membunuh dan nafsu lainnya yang dapat menimbulkan
kepedihan dan kesengsaraan hidup serta merusak lahir bathin.
Macam-macam pengekang hawa nafsu
adalah :
a. Mengekang nafsu dan amarah; hal ini
berarti jika kita mudah terbawa amarah dan selalu marah terhadap sesuatu hal
yang kecil dan sepele dikatakan sebagai hal yang buruk.
b. Mengekang nafsu dari susah da marah,
karena hal yang demikian ini membawa keseluruhan didalam kemurnian hidup.
Adapun agar kita selamat di dunia ini adalah dengan cara :
1) Dengan hidup akal yang murni.
2) Dengan menguasai diri dengan cinta
hidup, bukan bunih diri dengan zuhud dan menekan syahwat tubuh.
c. Mengekang nafsu terhadap
keseimbangan dalam syakhwat tubuh
terutama minuman keras dan perempuan.
6.
Kemauan
Kemauan adalah dorongan dari dalam
yang sadar, berdasarkan pertimbangan pikiran dan perasaan, serta seluruh
pribadi seseorang yang menimbulkan kegiatanyang terarah pada tercapainya tujuan
tertentu yang berhubungan dengan kebutuhan hidup pribadinya.
Adapun yang menjadi cirri-ciri
kemauan adalah :
a. Gejala kemauan merupakan dorongan
dari dalam yang dimiliki oleh manusia, karena dorongan meruapakan sesuatu yang
disadari dan dipertimbangkan.
b. Gejala kemauan erat dengan satu
tujuan. Kemauan mendorong timbulnya perhatian atau minat-minat, mendorong gerak
aktivitas kea rah tercapainya suatu tujuan. Maka gejala kemauan menghendaki
adanya aktivitas pelaksanaan.
c. Gejala kemauan sebagai pendorong
timbulnya perbuatan kemauan didasarkan atas berbagai pertimbangan, baik
pertimbangan akal atau pikiran yang menentukan benar salahnya perbuatan.
Kemauan ataupun pertimbangan perasaan yang menentukan baik buruknya, halus
tidaknya suatu perbuatan.
d. Pada gejala kemauan tidak hanya
terdapat pertimbangan piker dan perasaan saja, tetapi seluruh pribadi
memberikan pertimbangan, memberikan pengaruh, dan memberikan corak pada
kehidupan manusia.
e. Didalam gejala kemauan terdapat
sikap aktif dan giat, karena timbulnya dorongan kemauan tertentu sekaligus
timbul tujuan apa yang akan dicapai dengan dorongan itu.
Gejala kemauan akan diikuti aktivitas yang disebut perbuatan
kemauan. Perbuatan kemauan bukanlah aktivitas yang kebetulan, tetapi merupakan
tindakan yang disengaja dan terarah pada tercapainya suatu tujuan.
E.
Aliran dalam Kehendak
Kemauan
itu bukanlah keinginan, orang yang ingin belum tentu mau, dan sebaliknya orang
yang mau belum tentu ingin. Menurut Augustine, kemauan merupakan pengendalian
dari keinginan. Kemauan tidak selamanya bebas. Kemauan dapat bekerja, baik
secara paksaan ataupun dalam bentuk pilihan sendiri. Kemauan yang bebas adalah
kemauan yang sesuai dengan keinginan sendiri, sedangkan kemauan yang terikat
adalah kemauan yang ditimbulkan oleh kondisi kebutuhan yang terbatas oleh norma
social ataupun kondisi lingkungan.
Kekuatan kemauan beraksi apabila
dipancing oleh adanya usaha memenuhi kebutuhan. Bila ditekankan pada
kepentingan pribadi, maka kemauan mengaktualisasika diri sebagai kekuatan
mendorong untuk mencapai tujuan. Bila ditekankan pada segi lainnya, maka
kemauan mengaktualiasasikan diri sebagai kekuatan yang menarik perbuatan
mencapai tujuan.
Dalam kehendak, terdapat 2 (dua) aliran,
yaitu :
a. Determinisme
Aliran ini menyatakan bahwa manusia
tidak mempunyai daya pilih, jadi ia tidak memiliki kehendak yang bebas. Semua
tindakan tertentukan tindakan manusia, bagaimanapun kompleksnya, semua dapat
diperhitungkan sebelumnya, kalau orang mengingat dan tahu apa saja yang dapat
mempengaruhi manusia. Jika sekarang belum dapat menentukan dan mengetahui
sebelumnya apa yang dapat dilakukan oleh manusia, kebiasaannya, sikapnya dalam
menghadapi hal tertentu, itu semuanya belum melengkapi kita terhadap unsure
yang menentukan manusia itu.
Macam determinisme itu amat banyak,
dan tidak semua mengajukan alasan yang sama. Dalam hal ini, mereka sama : dalam
tindakannya, manusia tidak dapat memilih, ia ditentukan.
b. Indeterminisme
Aliran ini merupakan kebalikan dari
aliran determinisme. Disebut demikian karena menyatakan bahwa manusia dalam
tindakannya tidak semata-mata ditentukan. Bahwa tentu ada sebab musabab dalam
tindakan manusia, sehingga tindakan itu menjurus pada suatu arah, sama sekali
tidak disangkal. Tetapi bagaimanapun juga banyaknya pengaruh yang mendorong
tindakannya itu manusia lain tak mungkin dapat memperhitungkan seluruhnya
secara pasti dan positif.
Menurut aliran indeterminisme bahwa
manusia mungkin mengubah jalan kejadian dalam rangka situasi yang membatasi
dirinya dan mengubahnya tak dapat diramalkan secara pasti. Jadi, indeterminisme
mengakui adanya kehendak, yaitu daya pilih.
Dalam penyelidikannya N. Ach (1872)
dan aliran Wurburg mengajukan suatu momen yang dinamakan sebagai momen
objektif. Disitu apa yang diinginkan manusia itu ada, jadi objek kehendak itu
ada. Objek itu hanya mungkin ada pada pikiran atau cita-cita saja, mungkin juga
ada sesuangguhnya. Dalam momen ini manusia lebih sadar akan tindakannya yang
akan dilakukan, sedangkan ia belum bertindak benar-benar. Disanalah kekuatan
kehendak yang amat disadari, artinya mungkin terjadi tindakan (kehendak itu).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konasi (kehendak) dan motivasi
saling memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya, akan tetapi memiliki
perbedaan yang tidak jauh beda, karena konasi lebih condong berasal dari apa
yang ada dalam diri manusia itu sendiri, baik secara individu maupun sosial,
sedangkan motivasi dapat berasal dari dalam diri manusia itu sendiri ataupun
berasal dari luar yaitu orang lain atau faktor lingkungan, yang menimbulkan
motif seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
- As’ad, Moh, 1998. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.
- Winardi, 1992. Manajemen Prilaku Organisasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
- Soemanto, Wasty, 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara.
- Abdul Mun’im Qandil, Figur Wanita Sufi : Perjalanan Hidup Rabi’ah Al Adawiyah, Surabaya, 1933.
- Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 4, Cet. 4, Ichtiar Baru, Jakarta, 1997.
0 komentar:
Posting Komentar