A.
Pengertian Tauhid Rububiyah
Rububiyah Allah adalah
mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Allah
Pencipta sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu ” (Az-Zumar: 62)
Bahwasanya Dia adalah Pemberi
rizki bagi setiap manusia, binatang dan makhluk lainnya. Dan bahwasanya Dia
adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia yang mengangkat dan menurunkan,
Dia yang memuliakan dan menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu. Pengatur
rotasi siang dan malam, Yang menghidupkan dan Yang mematikan.
ALLAH YANG MAHA PENCIPTA, MAHA
KUASA DAN MAHA PENGATUR
Allah yang merencanakan penciptaan,
kekuasaan, pengaturan suatu kejadian / penciptaan sebut saja proses seekor
nyamuk dari sebelum ada, akan menjadi ada, setelah ada Allah mengatur
kehidupan, habitat nyamuk apa yang akan dimakannya, kemana ia akan terbang
berapa jumlah jatah makanan detik ini, dengan nyamuk mana ia akan kawin, Allah
yang memberi tahukan atau memberi petunjuk ke mana ia akan mencari makanan,
bagaimana bentuk, rupa warna, bau makanannya dan berapa jumlah makanan yang
akan di dapatnya Allah yang memaklumkan yang memberitahukan, mengajar, mendidik
nyamuk tersebut, dan menentukan berapa telur yang akan dihasilkannya, mengatur
keturunannya seterusnya-seterusnya. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Dan tidak satu pun makhluk bergerak
(bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui
tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuz)” (Hud: 6)
Allah Maha Pencipta segala sesuatu,
Mencipta segala sesuatu menjadi nyata, segala sesuatu menjadi berbeda, segala
sesuatu menjadi berupa-rupa, segala sesuatu menjadi nyata warna-warninya,
terang, gelap, kabur, samar-samar dan sampai tak terlihat sama sekali, karena
Allah menciptakan sesuatu menjadi nyata, maka Allah itu secara hakikat
sebenarnya/sesungguhnya lebih nyata dari segala sesuatu.
Bukankah kebanyakan dari
manuasia itu tidak mengenal Allah dengan sebenarnya ' Awaluddin Ma'rifatullah
/awal agama mengenal Allah" mengenal Allah tidak hanya kenal nama dan
tidak kenal dengan Yang Empunya Nama, kalau tidak mengenal Allah dengan
sebenarnya kemungkinan akan bertingkah laku, beranggapan, berapresiasi terhadap
sesuatu termasuk kepada Syirik (Menyekutukan Allah) inilah dosa yang tidak akan
diampunkan. " Dosa walau sepenuh langit dan bumi akan diampunkan Oleh
Allah Yang Maha Pengampun kecuali dosa syirik (menyekutukanNya).
B. Makna
Tauhid Rububiyah Allah
Maknanya,
menyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan,
memberi rizki, mendatangkan segala mamfaat dan menolak segala mudharat. Dzat
yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala
sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah. Dari sini, seorang
mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam
hal ini.
Allah
mengatakan: “’Katakanlah!’ Dialah Allah
yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia
tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4)
Jadi, tauhid rububiyah adalah bukti
wajibnya tauhid uluhiyah. Allah memerintahkan mereka bertauhid uluhiyah, yaitu
menyembahNya dan beribadah kepadaNya. Dia menunjukkan dalil kepada mereka
dengan tauhid rububiyah, yaitu penciptaanNya terhadap manusia dari yang pertama
hingga yang terakhir, penciptaan langit dan bumi serta seisinya, penurunan
hujan, penumbuhan tumbuh-tumbuhan, pengeluaran buah-buahan yang menjadi rizki
bagi para hamba.
Maka sangat tidak pantas bagi
mereka jika menyekutukan Allah dengan yang lainNya; dari benda-benda atau pun
orang-orang yang mereka sendiri mengetahui bahwa ia tidak bisa berbuat sesuatu
pun dari hal-hal tersebut di atas dan lainnya. Maka jalan fitri untuk
menetapkan tauhid uluhiyah adalah berdasarkan tauhid rububiyah.
C.
Konsekuensi Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah yaitu mengesakan
Allah Ta’ala dalam penciptaan, kekuasaan, dan pengaturan dan Maha kuasa atas
segala sesuatu. Hal ini wajib diimani oleh setiap muslim.
Maka
ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki kemampuan untuk
melakukan seperti di atas, berarti orang tersebut telah mendzalimi Allah dan
menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.
Allah ta’ala berfirman:
“Mahasuci Allah Yang di Tangan-Nya
segala kekuasaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Mulk : 1).
Semua orang, bahkan orang yang
non muslim jika ditanya mengenai siapa Tuhannya tentu akan menjawab, “Allah.” ,
sebagaimana firman-Nya :
“Dan sesungguhnya jika kamu
tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan
menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab,“Allah” maka
betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)” (Q.S.
Al-Ankabut: 61)
Akan
tetapi pernyataan dan persaksian mereka tidak membuat mereka masuk Islam dan
tidak membebaskan mereka dari api neraka serta tidak melindungi harta dan darah
mereka dari misi jihad islam, karena mereka tidak mewujudkan tauhid Uluhiyah,
bahkan sebaliknya mereka berbuat syirik kepada Allah dalam beribadah kepada-Nya
dengan memalingkan ibadah mereka kepada selain Allah.
Tetapi
pengimanan bahwasanya yang menciptakan sesuatu, mengatur dan Maha Kuasa Atas segala
sesuatu mempunyai konsekuensi atau mengharuskan adanya pembuktian dengan
pemurnian peribadatan atau segala bentuk penyembahan hanya kepada Allah Ta’ala
saja. jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang
menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya,
melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya. Sebagaimana perkataan para
rasul yang difirmankan Allah: Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?”
(Ibrahim: 10)
Adapun orang yang paling dikenal
pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun demikian di hatinya masih tetap
meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Musa Alaihissalam kepadanya: Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa
tiada yang menurunkan mu’jizat-mu’jizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara
langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata dan sesungguhnya aku mengira
kamu, hai Fir’aun, seorang yang akan binasa”. (Al-Isra’: 102)
Ia juga menceritakan tentang
Fir’aun dan kaumnya: “Dan mereka
mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka
meyakini (kebenaran) nya.” (An-Naml: 14)
Begitu pula orang-orang yang
mengingkarinya di zaman ini, seperti komunis. Mereka hanya menampakkan
keingkaran karena ke-sombongannya. Akan tetapi pada hakikatnya, secara
diam-diam batin mereka meyakini bahwa tidak ada satu makhluk pun yang ada tanpa
Pencipta, dan tidak ada satu benda pun kecuali ada yang membuatnya, dan tidak
ada pengaruh apa pun kecuali pasti ada yang mempenga-ruhinya.
Firman Allah Subhannahu wa
Ta’ala: “Apakah mereka diciptakan tanpa
sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah
mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini
(apa yang mereka katakan).” (Ath-Thur: 35-36)
Adapun pengingkaran adanya Tuhan
oleh orang-orang komunis saat ini hanyalah karena kesombongan dan penolakan
terhadap hasil renungan dan pemikiran akal sehat. Siapa yang seperti ini
sifatnya maka dia telah membuang akalnya dan mengajak orang lain untuk
menertawakan dirinya.
Hal ini berarti siapa yang mengakui
tauhid rububiyah untuk Allah, dengan mengimani tidak ada pencipta, pemberi
rizki dan pengatur alam kecuali Allah, maka ia harus mengakui bahwa tidak ada
yang berhak menerima ibadah (tauhid uluhiyah) dengan segala macamnya kecuali
Allah Subhanahu wa Ta’ala
Tauhid rububiyah adalah bukti
wajibnya tauhid uluhiyah. Allah membantah orang yang mengingkari tauhid
uluhiyah dengan tauhid rububiyah yang mereka akui dan yakini.
D.
Ciri-ciri atau Indikator Ber-Tauhid
Rububiyah
Adapun
indikator atau ciri-ciri orang yang mengenal tauhid rububiyah, terikat dengan
tiga perkara yaitu Ciptaan-Nya, Kuasa-Nya, Pengaturan-Nya.
Terkait
dengan ciptaan-Nya:
·
Selalu ingat Allah SWT ketika melihat semua ciptaan-Nya
·
Selalu menjaga dan memlihara semua ciptaan-Nya
·
Mensyukuri nikmat yang telah diberikan
Terkait dengan Kuasa-Nya :
·
Selalu menyakini dengan sepenuh hati segala yang terjadi
dalam kehidupannya itu adalah kehendak dan kuasa Allah SWT
·
Selalu dapat mengambil hikmah atas segala musibah yang
terjadi pada dirinya, bahwa itu adalah hasil kuasa Allah SWT yang pada akhirnya
bisa membuat manusia menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
·
Meyakini bahwa segala sesuatu yang dianggap mustahil oleh
manusia, bisa terjadi karena kuasa Allah.
Terkait dengan Pengaturan-Nya :
·
Selalu patuh dan taat terhadap perintah Allah
·
Meyakini bahwa peraturan Allah adalah pedoman hidup yang
terbaik yang harus manusia patuhi seperti Al-qur’an.
·
Yakin bahwa segala apapun yang terjadi dimasa lampau,
sekarang dan masa depan itu telah ada dalam pengaturannya, bahkan telah
tertulis di Lauhil Mahfudz.
Mengapa Sifat Rububiyah dalam Tauhid Rububiyah sama sekali tidak menyebut arti Robb atau Rububiyah itu sendiri? yakni erat kaitannya dengan kata Murobbi, Tarbiyah, Robbayani (dalam doa untuk orang tua) yang bermakna Pendidik/Pengasuh dan Kasih Sayang.
BalasHapusBukankah kalau begitu Tauhid Rububiyah melanggar Tauhid Asma wa Sifat?
https://pemudade.wordpress.com/2015/09/05/tauhid-rububiyyah-dalam-tauhid-3-bagian-melanggar-tauhid-al-asma-was-sifat/
https://pemudade.wordpress.com/